Tantangan Awal DKA Pengembangan Sumber Daya Manusia
Paska pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda tahun 1949, dualisme perkeretaapian Indonesia dan Belanda dilebur. Adalah Staatssporwegen/Vereenigde Spoorwegbedrijf (SS/VS) dan Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) digabung menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) pada tahun 1950.
Kala itu, Kepala DKA Ir. Moh. Effendi Saleh mengatakan bahwa masalah utama yang dihadapi DKA ialah persoalan pendanaan dan sumber daya manusia. DKA mengalami kekurangan tenaga yang ahli dan berpengalaman, lebih-lebih tenaga yang terdidik.
Berkaitan dengan sumber daya manusia, salah satu tugas DKA berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Tenaga dan Pekerjaan Umum No. 3212 tanggal 4 Januari 1950 salah satunya ialah meyelenggarakan Pendidikan untuk mendapatkan tenaga ahli kereta api.
Menindaklanjuti surat keputusan tersebut, DKA membuat program dalam hal pengembangan sumber daya manusia, meliputi program pendidikan pegawai, membuka sekolah perkeretaapian, kursus dinas lalu lintas, ujian jabatan, dan beasiswa dan pengiriman ke luar negeri.
Program Pendidikan pegawai diperuntukan bagi seluruh jenjang tingkatan, dari pimpinan sampai tingkat bawah sesuai kebutuhan. Beberapa pendidikan yang diadakan yaitu kursus kilat bagi pimpinan, kursus dan seminar terkait perkeretaapian (kursus dinas lalu lintas), ujian jabatan, dan pendidikan melalui tugas belajar ikatan dinas yang bekerja sama dengan kampus seperti ITB, UGM, Unpad, dan Undip.
Ujian jabatan diadakan dua kali dalam setahun. Para pegawai menjalani tes tertulis dan lisan yang disesuaikan dengan dinasnya masing-masing seperti Dinas Administrasi, Dinas Lalu Lintas, Dinas Perniagaan, Dinas Traksi, Dinas Pemeriksaan, dan Dinas Jalan dan Bangunan.
Guna mengisi kekurangan pegawai yang menempati posisi pimpinan, baik tingkat atas maupun menengah, dibukalah beberapa Lembaga khusus perkeretaapian. Sekolah Ahli Teknik Kereta Api (SATKA) dimulai pada tahun 1950. SATKA menyelenggarakan Pendidikan semi perguruan tinggi (Diploma III) untuk mendidik tenaga teknik. Beberapa jurusannya ialah mesin, listrik, sipil, dan sinyal/telkom.
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. U.11/21/14 tanggal 25 November 1955 dan persetujuan Menteri Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 24 Oktober 1955 dibentuklah Akademi Kereta Api (ADKA). Akademi ini merupakan Pendidikan setingkat dengan perguruan tinggi (non gelar) yang diperuntukan bagi tenaga ahli atau inspektur lalu lintas dan perniagaan.
Pada tanggal 1 Desember 1952, dibuka Sekolah Opseter Kereta Api (SOKA). Sekolah ini setingkat dengan Sekolah Teknik Menengah (STM) dan memiliki dua jurusan, yakni mesin dan elektro.
Selain melaksanakan sekolah-sekolah sendiri, DKA memberikan pula beasiswa kepada para pegawai untuk mengikuti kuliah di suatu universitas melalui ikatan dinas. Bahkan beberapa pagawai berkesempatan berkuliah di luar negeri mengambil jurusan-jurusan teknik, ekonomi, hukum, dan yang lainnya. Beasiswa luar negeri didapat dari International Cooperation Administration (ICA), Colombo Plan, Ecafe, dan lain-lain.
No |
Pendidikan |
Tahun |
|||||||
1953 |
1954 |
1955 |
1956 |
1957 |
1958 |
1958 |
1959 |
||
1 |
SATKA |
34 |
- |
32 |
- |
- |
- |
- |
44 |
2 |
ADKA |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
15 |
10 |
3 |
Tugas Belajar |
- |
- |
- |
4 |
14 |
14 |
- |
- |
Jumlah |
34 |
- |
32 |
4 |
14 |
14 |
15 |
54 |
Lulusan Pendidikan Kereta Api (Sumber: Sekilas Lintas 25 Tahun Perkeretaapian)
Potret para mahasiswa ADKA angkatan pertama di Gedung ADKA, Dago. (Sumber: Berita DKA, Edisi Mei 1957)
Sumber:
- “Akademi DKA (ADKA)”, Berita DKA, Edisi Mei 1957
- Sejarah Perkeretaapian di Indoesia Jilid II