Rel Kereta Api di Pelabuhan Tanjung Perak
Sebagai kota perdagangan, Surabaya mulai menunjukan gairahnya sejak liberalisasi ekonomi di Indonesia yang booming tahun 1870. Liberalisasi ekonomi mampu mendorong modal swasta masuk ke Surabaya. Sejarawan Kota, Purnawan Basundoro menyatakan bahwa dinamika perdagangan di Kota Surabaya abad ke-19 sampai abad ke-20 sangat dipengaruhi oleh merebaknya perkebunan di kawasan pedalaman serta perkembangan industri di kota itu. Lebih lanjut, masuknya modal swasta mempu meningkatkan kantor dagang dan bank asing di Surabaya.
Hasil olahan dari perkebunan tebu, gula menjadi primadona komoditas ekspor di Surabaya. Jumlah ekspor gula hampir sebesar 70% dari total ekspor. Tanaman ekspor lainnya yang laris adalah kopi dan tembakau. Awalnya, komoditas ekspor diangkut secara tradisonal menggunakan cikar atau pedati melewati jalan darat dan perahu-perahu melalui sungai menuju pelabuhan di daerah Kalimas. Sementara itu, barang-barang impor yang banyak dibawa dari pelabuhan ke daerah pedalaman adalah barang modal dan industri seperti material pembangunan kereta api yang sebagian besar berasal dari luar negeri seperti Belanda, Jerman, Inggris, dan Amerika.
Masuknya para pemodal swasta mampu meningkatkan produksi komoditas ekspor. Untuk memperlancar proses distribusi, dibangun transportasi yang modern, kereta api. Adalah Staatssporwegen (SS), perusahaan kereta api negara yang pertama kali membangun jaringan kereta api di Surabaya. Jaringan kereta api yang pertama kali dibangun SS meliputi Surabaya-Pasuruan yang diresmikan tahun 1878. Berangsur-angsur, SS membangun jaringan kereta api hampir di seluruh wilayah Jawa Timur yaitu di Malang, Jember, dan Banyuwangi.
Stasiun Surabaya Kota yang diresmikan tahun 1878 bersamaan pembukaan jalur kereta api Surabaya Pasuruan. Foto diambil tahun 1880. (Sumber: media-kitlv.nl)
Stasiun Surabaya Kota atau yang dikenal dengan Stasiun Semut merupakan salah satu stasiun awal yang dibangun SS di Surabaya. Kendati demikian, tempat pemberhentian kereta tersebut terletak cukup jauh dari area pelabuhan di Sungai Kalimas sehingga pengangkutan langsung menuju ke pelabuhan belum tercapai. Baru pada tanggal 1 Januari 1886, SS membangun jaringan kereta api menuju Sungai Kalimas. Jalur kereta sepanjang 5 km ini terletak di sisi barat Sungai Kalimas. Sebagai tempat pemberhentian, SS membangun Stasiun Kalimas di kawasan pelabuhan. Jalur kereta SS juga terhubung dengan Kantor Pelabuhan Surabaya.
Suasana dermaga di tepi Sungai Kalimas pada tahun 1920 dengan pergudangan di sebelah kiri foto. Tampak jalur kereta api serta rangkaian gerbong barang. Sumber: (media.kitlv.nl)
Sebuah kapal laut merapat di Pelabuhan Tanjung Perak dengan kesibukan bongkar muat tahun 1915. Pada ujung dermaga terlihat jalur kereta api yang digunakan untuk mempermudah bongkar muat barang di area pelabuhan. (Sumber: media.kitlv.nl)
Selain Staatssporwegen, perusahaan kereta api swasta Oost-Java Stoomtram Maatshappij (OJS) juga membangun jaringan kereta berupa trem di Pelabuhan Surabaya. OJS membangun jalur trem Ujung-Benteng yang diresmikan tanggal 10 Desember 1889 di sisi timur Sungai Kalimas. Tahun 1920-an jalur trem OJS di pelabuhan diganti dengan jaringan trem listrik yang diresmikan tanggal 15 Mei 1923.
Jalur kereta api milik SS yang ditandai garis berwarna hitam dan trem milik OJS ditandai garis berwarna merah. Sementara itu garis titik-titik berwarna merah merupakan jalur trem OJS yang akan dibangun. Peta tahun 1913. (Sumber: media.kitlv.nl)
Tanggal 1 Juli 1901, SS kembali membangun jalur kereta api menuju Pelabuhan Surabaya dari Stasiun Surabaya Gubeng. Di pelabuhan, SS membangun tempat pemberhentian, yakni Stasiun Prins Hendrik. Nama Prins Hendrik memiliki kesamaan dengan Benteng Prins Hendrik yang berada di sisi selatan stasiun. Jalur kedua SS di pelabuhan ini dibangun di sisi timur Sungai Kalimas, berdekatan dengan jalur trem milik OJS.
Selain pembangunan transportasi yang modern, Pemerintah melakukan perluasan dan pembangunan pelabuhan yang lebih modern: Pelabuhan Tanjung Perak. Pelabuhan yang dibangun tahun 1910 ini dijadikan sebagai titik pusat pelabuhan ekspor di wilayah Jawa Timur. Mengenai Pelabuhan Tanjung Perak, ahli maritim Profesor Kraus mengatakan Pelabuhan Tanjung Perak sebagai pelabuhan alam yang aman dan baik untuk bongkar muat dari dan ke dalam perahu karena gangguan arus dan pukulan ombak yang kecil.
Ada peristiwa menarik yang terjadi di Pelabuhan Tanjung Perak pada awal masa revolusi nasional di Indonesia. Meletusnya Pertempuran Surabaya 10 November 1945 yang dipimpin oleh Bung Tomo membakar semangat juang arek Surabaya, tidak terkecuali para pemuda kereta api. Para pemuda kereta api yang tergabung dalam Lasyak Buruh Kereta Api (LBKA) mengungsikan lokomotif dan kereta serta gerbong ke luar kota Surabaya agar tidak dimanfaatkan oleh musuh. Tanggal 11 November 1945, LBKA bersama pegawai kereta api di Stasiun Tanjung Perak menyelamatkan gerbong-gerbong yang berisi beras, gula, dan bahan makanan lainya di emplasemen Stasiun Tanjung Perak.
Di Stasiun Tanjung Perak, dapat dikumpulkan 150 gerbong berisi bahan makanan yang dirangkai dalam beberapa formasi. Selepas malam hari, dengan dikawal oleh regu bersenjata rangkaian gerbong dapat ditarik keluar dari emplasemen Stasiun Tanjung Perak dan dilangsungkan menuju Stasiun Babat. Dari Stasiun Babat, Rangkaian kereta pasukan LBKA selalu mondar-mandir untuk mengirimkan bantuan bahan makanan bagi para pejuang di Surabaya. Tidak hanya bahan makanan, kadang kala kereta api digunakan untuk mengirim persenjataan dan mengangkut korban-korban pertempuran.
Sumber:
- Basundoro, Purnawan, “Rakyat Miskin dan Perebutan Ruang Kota di Surabaya 1900-1960an”, Disertasi UGM, 2014
- J. A. Duparc, Trams en Tramlijnen: De Elektrischestadstrams op Java, Roterdam: Uitgevers WYT, 1972
- Michiel van Ballegoijen de Jong. Spoorwegstations op Java, De Bataafsche Leeuw: 1993
- Nasution, ”Perkembangan Ekonomi Karesidenan Surabaya 1830-1930”, Tesis UGM, 1998
- Purbohadisaputro, Mosaik Perjuangan Kereta Api 1945 Jilid V: Perjuangan KA Jawa Timur
- Subarkah, Imam, Sekilas 125 Tahun Kereta Api Kita 1867-1992
- http://colonialarchitecture.eu
- http://media-kitlv.nl