Setelah kebuntuan politik Rusia vs Ukraina berminggu-minggu akhirnya apa yang dikhawatirkan Amerika Serikat dan sekutunya menjadi kenyataan. Melalui pengumuman yang disiarkan pada Rabu 23 Februari 2022 malam, Presiden Rusia Vladimir Putin resmi menggelar operasi militer ke wilayah Ukraina. Hingga saat ini serangan darat pasukan Rusia ke kota-kota penting Ukraina seperti Kiev, Odessa, Kharkiv, Mariupol masih terus berlangsung. Sejak perang pecah di Ukraina, jaringan kereta api tetap beroperasi, entah untuk mengangkut pengungsi keluar negeri atau mengirim bantuan kemanusiaan dan persenjataan dari Eropa Barat. Bahkan dalam upaya penerobosan pertahanan Ukraina, pangkalan militer Rusia di Semenanjung Crimea pun menggunakan jalur rel untuk mengirim kereta api perang lapis baja yang dibekali meriam-meriam kaliber 23 mm laras ganda menuju garis depan.

Di luar urusan konflik bersenjata dua bangsa bersaudara tersebut, memang tidak dipungkiri sudah sejak lama kereta api merupakan unsur penting di darat dalam suplai logistik perang. Pengalaman buruk Rusia meremehkan jalur kereta api memaksa Kaisar Nicholas II mengakui keperkasaan Jepang dalam perdamaian yang ditandatangani pada 5 September 1905. Semasa perang berlangsung, jalur rel Trans Siberia yang baru selesai pada 1904 rupanya kesulitan mengangkut peralatan artileri dan menyebabkan tentara kekaisaran Jepang mampu mengusir Rusia dari Manchuria.

Pada Perang Dunia I, Jerman mengerahkan Kereta Api Luar Biasa (KLB) selama 4 hari berturut-turut (4-8 Agustus 1914) dengan total 18 ribu kereta dan gerbong untuk mengangkut 3.834.000 tentara beserta peralatan militer menuju medan perang. Pada saat yang sama Perancis sebagai pihak lawan juga mengambil kebijakan khusus terhadap angkutan kereta api. Selama masa perang, stasiun-stasiun di seluruh negeri dipimpin oleh seorang perwira dan bintara militer untuk memudahkan segala angkutan perang terkait urusan pengerahan pasukan, pengiriman logistik beserta batalyon zeni, dan evakuasi tentara yang cedera.

Menjelang Perang Dunia II meletus, pemerintah Belgia dalam upaya antisipasi ancaman serangan Jerman NAZI telah memobilisasi militernya melalui 700 kali perjalanan KLB selama 24 September 1938 sampai 6 Oktober 1938 untuk menyiagakan 225.000 tentaranya ke sepanjang perbatasan. Sementara itu kegagalan pasukan Hitler menahan serangan di pesisir Normandia pada 6 Juni 1944 pun tidak lepas dari kereta api-kereta api bala bantuan Wehrmacht yang tidak pernah tiba akibat dibombardir terus oleh pesawat-pesawat Sekutu. Terkait hal itu Winston Churcill (Perdana Menteri Inggris 1940-1945) berkomentar bahwa prajurit tidak berarti apa-apa jika tanpa perlengkapan dan persenjataannya.

Di Jawa, ide pembangunan infrastruktur kereta api pun berasal dari seorang militer Belanda. Awalnya usulan yang muncul sejak 1840 itu adalah jalur kereta api untuk pertahanan pulau dari ancaman serangan luar. Jalur kereta api ini melengkapi Jalan Raya Pos yang telah dibangun Gubernur Jenderal Daendels (1809-1811). Sang pengusul kereta api, Kolonel (purn.) Jhr. Van der Wijk menyarankan titik paling barat dibangun mulai dari Batavia, menyambung ke Bandung, lalu Yogyakarta, Solo, dan berakhir di Surabaya.

1 Peta usulan kereta api rev

Peta usulan jalur kereta api militer di Jawa pada 1840. (Sumber: Selayang Pandang Sejarah Perkeretaapian Indonesia 1867-2014)

Dalam Perang Aceh 1873-1904, pembangunan jalur rel khusus militer dilakukan selama 41 tahun yang dimulai sejak 1876. Pembangunan itu dalam rangka melancarkan gerak artileri dan suplai perbekalan pasukan Belanda melawan tentara Kesultanan Aceh. Bagi rakyat Aceh pada masa silam, kereta api menjadi salah satu penyebab Kesultanan menjadi takluk di bawah pemerintahan Hindia Belanda.

2 Rangkaian trem uap rev

Rangkaian trem uap militer KNIL di Aceh pada 1890. (Sumber: Selayang Pandang Sejarah Perkeretaapian Indonesia 1867-2014)

Begitu strategis posisi kereta api, sejak awal Abad Ke-20 pemerintah kolonial merasa perlu agar angkutan kereta api militer dikelola oleh suatu lembaga khusus. Pasca Perang Dunia I, lembaga ini terbentuk dengan nama Permanente Militaire Spoorweg Commissie (PMSC) yaitu komisi perkeretaapian militer permanen. Saat negara dalam status darurat perang, pimpinan PMSC akan bekerja sama dengan direktur Staatsspoorwegen beserta seluruh direktur perusahaan kereta api dan trem swasta.

Tidak lama setelah Pearl Harbor digempur mendadak pada 7 Desember 1941, ancaman serangan Jepang terhadap Hindia Belanda semakin nyata. Selama masa darurat perang itulah, PMSC mengelola perjalanan kereta api militer ke kota-kota di sepanjang pantai utara Jawa. Pada 10 Januari 1942 Tarakan di Kalimantan Timur jatuh ke tangan Jepang. Banyak pejabat pemerintah Hindia Belanda segera mengungsi ke Australia dengan menumpang pesawat udara. Sebagian lainnya terutama warga Belanda meninggalkan Jawa melalui pelabuhan di Batavia, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, dan Surabaya.

3 Kereta rusak rev

Kereta penumpang di Surabaya rusak akibat terkena bom yang dilepaskan pesawat Jepang pada 3 Februari 1942. (Sumber: Selayang Pandang Sejarah Perkeretaapian Indonesia 1867-2014)

Rupanya gerak cepat bala tentara Jepang membuat pemerintah kolonial kalang kabut. Pelabuhan dan stasiun di sepanjang pantura Jawa sudah tidak aman lagi. Stasiun Cilacap yang ketika itu terintegrasi dengan pelabuhan besar Cilacap menjadi satu-satunya jalan keluar untuk menyelamatkan diri. Stasiun ini menjadi titik kumpul dadakan perjalanan kereta api dari seluruh Jawa untuk mengangkut pengungsi naik kapal menuju Darwin. Nasib sial dialami sebuah rangkaian KLB trem uap milik Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS). Kereta trem ini mengangkut tentara Australia dan KNIL Belanda yang mundur dari Purwokerto Timur menuju kedudukan baru di Cilacap untuk mempertahankan pelabuhan. Jepang yang mengetahui pergerakan itu segera mengirim pesawat-pesawatnya dan tanpa ampun membombardir rangkaian trem di Stasiun Sampang.

Saat Pemerintah Militer Jepang berkuasa, PMSC tidak dibubarkan. Sebagian besar anggota pribumi tetap dipertahankan. Hanya pucuk2 pimpinannya saja yang warga Belanda digantikan dengan perwira Angkatan Darat Jepang. Seluruh perjalanan kereta api sejak saat itu diutamakan untuk kepentingan militer. Banyak bangunan kantor pusat / administrasi perusahaan kereta api dan trem swasta era Hindia Belanda dijadikan markas tentara. Beberapa bangunan stasiun strategis seperti Cirebon Kejaksan, Semarang Tawang, pada bagian atapnya dipasangi senapan mesin. Karena transportasi jalan raya lumpuh, mobilisasi infanteri dan artileri antar kota dilakukan melalui jalur kereta api.*

Sumber:

Churcill, Winston. Memoires over de Tweede Wereldoorlog, De Storm Steekt op van Oorlog tot Oorlog 1919-1939 Vol II. Amsterdam/ Brussel: Uitgeversmaatschappij Elsevier, MCMXLIX

“Kisah Perang” dalam Koran Mingguan Buana Minggu, 1985-1986

Madjalah Kereta Api, April 1957