Istilah new normal santer terdengar belakangan ini. Menurut Achmad Yuriarto, Juru Bicara Penanganan Covid-19, masyarakat harus menjaga produktivitas di tengah pandemi virus corona Covid-19 dengan tatanan baru yang disebut new normal.

Jika kita memutar mesin waktu, pegawai Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI), cikal bakal PT Kereta Api Indonesia (Persero),  pernah melaksanakan apa itu new normal. Kendati yang dihadapi berbeda, padaa saat itu yang dihadapi bukanlah pandemi virus melainkan risiko perang.

Paska proklamasi Indonesia, pegawai kereta api bersama para pejuang melakukan pengambilalihan perkeretapian dari tangan Jepang. Baik di Jawa maupun Sumatera. Tidak lama berselang dibentuklah DKARI, perusahaan negara yang menjalankan bisnis perkeretaapian. Meski dengan keterbatasan, para pegawai kereta api gigih memulai babak awal perkertaapian Indonesia.

Namun pertengahan September 1945 pasukan Belanda datang, dibantu Inggris. Mereka pun mulai merebut perkeretaapian Indonesia dengan mendirikan Staatssporwegen/Vereenigde Spoorwegbedrijf (SS/VS). Tahun 1947 SS/VS menguasai dua pertiga jalan rel di Indonesia.

Di bawah dualisme perkeretaapian, para pegawai DKARI tetap beraktivitas menjalankan pelayanan angkutan kereta api sesuai aturan dan mengutamakan keselamatan. Bahkan demi keamanan, beberapa kantor diungsikan, tak terkecuali Balai Besar Bandung yang diungsikan ke Cisurupan, Garut.

Dalam menjalankan perannya di masa perang yang genting, pekerja kereta api tetap melaksanakan prosedur sesuai arahan dari atasan. Mereka bekerja secara maksimal dengan penuh hati-hati dan tanggung jawab. Terkadang dalam pekerjaannya, seperti perbaikan sarana dan prasarana, pegawai kereta api bersinergi dengan tentara ataupun para pejuang. Perjalanan kereta api pun mengalami pengawalan.

Tidak hanya bekerja, para pegawai kereta api saat itu pun berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dalam menjalankan kereta api, seorang masinis tidak peduli akan desingan peluru maupun bombardir granat musuh.

Pegawai kereta api pun sukses mengemban tugas negara penting, memindahkan ibu kota Republik Indonesia. Segala persiapan dilaksanakan dengan hati-hati dan seksama di Balai Yasa Manggarai. Kereta Api Luar Biasa (KLB) berhasil membawa presiden, wakil presiden serta rombongan dari Jakarta bertolak ke Yogyakarta.

Selain itu, para pekerja kereta api berjasa dalam menyelenggarakan KLB pejabat Indonesia, melayani pengangkutan bagi para pengungsi, sebagai transportasi perlengkapan perjuangan, pemindahan tentara hijrah ke Yogyakarta dan penyebaran Oeang Republik Indonesia (ORI).

Di kancah internasional, kinerja insan kereta api pun layak diacungi jempol. DKARI berhasil membantu pasukan Inggris mengembalikan tawanan peran Jepang dari Jawa Tengah dan Jawa timur ke Jakarta. Pengangkutan beras sumbangan untuk India pada tahun 1946 pula berhasil diselenggarakan oleh DKARI.

1 Penumpang KA rev

Kereta api selalu penuh sesak dengan muatan hasil bumi dan penumpang yang hilir mudik, Oktober 1946. (Sumber: ANRI)

2 Perbaikan Jalan Rel rev

Para pekerja kereta api memperbaiki rel kereta api yang rusak dengan kawalan pasukan Tentara Republik Indonesia, Juni 1947. (Sumber: ANRI)

Sumber:

  • ANRI
  • Mosaik Perjuangan Kereta Api