Lokomotif B51
Untuk memenuhi kebutuhan angkutan penumpang dan peningkatan kecepatan kereta api, maka dipilih lokomotif uap yang memiliki dua silinder compound dan roda utama memiliki diameter 1503 mm. Konstruksi ini mampu mencapai kecepatan maksimum lebih dari 60 km/jam dengan tetap memberikan kestabilan pada lokomotif. Perusahaan kereta api Staats Spoorwegen (SS) membeli lokomotif uap B51 sebanyak 44 buah dari 3 pabrik yang berbeda yaitu Hanomag (Jerman), Hartmann (Jerman) dan Werkspoor (Belanda). 44 lokomotif B51 didatangkan secara bertahap pada tahun 1900-1910.
Lokomotif B51 digunakan untuk menarik kereta penumpang lokal di rute Tanah Abang – Rangkasbitung – Merak, rute Kertosono – Madiun – Blitar dan rute Babat – Jombang. Untuk memenuhi kebutuhan transportasi kereta api di Sumatra Selatan, maka 5 lokomotif B51 milik SS dipindah dari Jawa ke Sumatra Selatan. Krisis ekonomi yang melanda pada tahun 1929 – 1934, menyebabkan banyak lokomotif milik SS terpaksa disimpan, namun nasib baik untuk lokomotif B51 masih sempat dikonservasi sehingga dapat bertahan untuk dioperasionalkan.
Pada masa pemerintah Jepang, 1 lokomotif B51 dipindah dari Jawa ke Sumatra untuk melayani jalur kereta api rute Muaro (Sumatra Barat) – Pekanbaru (Riau). Jalur Muaro – Pekanbaru memiliki panjang 220 km yang dibangun pada tahun 1943-1945. Lokomotif B51 digunakan untuk menarik kereta barang batubara. Jalur Muaro – Pekanbaru ditutup pada bulan September 1945.
Lokomotif B51 memiliki dua silinder compound, dengan teknologi ini maka uap dari silinder tekanan tinggi disalurkan ke silinder tekanan rendah yang lebih besar volumenya dari silinder tekanan tinggi (agar uap dapat berkembang memuai lebih lanjut dan menghasilkan tenaga penggerak lagi). Baru dari silinder tekanan rendah uap yang sudah terpakai dibuang melalui cerobong. Meskipun lokomotif uap dengan dua silinder compound dapat memberikan efisiensi yang lebih tinggi namun perawatannya lebih rumit. Setelah ditemukannya superheater maka jenis lokomotif uap seperti ini tidak pernah dibuat lagi.
Lokomotif B51 menggunakan bahan bakar kayu jati dan didesain untuk dioperasikan di jalur datar. Lokomotif B51 memiliki daya 415 HP (horse power) dan dapat melaju hingga kecepatan maksimum 75 km/jam. Lokomotif ini memiliki susunan roda 4-4-0 dan berat 32 ton.
Lokomotif B5112 yang mulai Januari 2014 lalu resmi digunakan untuk berdinas kereta wisata ambarawa.
Dari 44 lokomotif B51, saat ini masih tersisa 1 buah lokomotif B51, yaitu B51 12 (buatan pabrik Hanomag, mulai operasional tahun 1902). B51 12 dipajang di museum Ambarawa (Jawa Tengah). Walaupun sudah hampir 30 tahun lebih dalam keadaan mati namun kondisi ketel lokomotif B51 12 relatif masih baik. Sehingga pada tahun 2012 yang lalu lokomotif B5112 telah menjalani proses perbaikan dan rencana akan menjadi lokomotif aktif milik Dipo Lokomotif Ambarawa untuk menunjang kereta wisata ambarawa. Pada Januari 2014 yang lalu, lokomotif B5112 telah resmi berdinas sebagai lokomotif kereta wisata ambarawa.