Lintas Bandung Banjar
Selain jalur jalan kereta api rute Jakarta-Bogor, juga dibangun jalur kereta api rute lainnya baik yang melalui selatan maupun utara, yang menghubungkan antara kota sampai ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pengembangan jalur kereta api ini terutama diilhami oleh keberhasilan pembangunan rute Jakarta-Bogor.
Rencana pembangunan jalur kereta api di wilayah Jawa Barat bagian selatan, dikemukakan oleh dua orang pejabat Belanda, yakni Maarschalk dan Mijners. Keduanya menyarankan agar dibangun jalur kereta api dari Bogor ke Bandung melalui Sukabumi, dan kemudian diteruskan sampai ke Yogyakarta. Pembangunan jalan kereta api di Jawa Barat bagian selatan dilatarbelakakangi oleh adanya dua kepentingan, yaitu kepentingan ekonomi dan pertahanan militer. Kepentingan ekonomi berkaitan dengan kesulitan pengangkutan hasil-hasil perkebunan.
Rencana pembuatan jalur jalan kereta api ini dimulai pembangunannya dengan melalui beberapa tahap. Tahap pertama dibuat jalur jalan kereta api dari Bogor ke Bandung via Sukabumi, yang selesai dikerjakan pada tanggal 17 Mei 1884 Setelah selesainya pembuatan jalur ini, dilanjutkan pembuatan jalur kereta api dari Bandung ke Cibatu, yang dapat diselesaikan pada tahun 1889. Dari Cibatu, kemudian diteruskan ke Tasikmalaya, yang dibuka untuk umum pada tanggal 16 September 1893. Jalur ini kemudian diteruskan pembangunannya sampai ke Banjar dan Maos, yang selesai pada tanggal 1 November 1894. Tanggal 1 November 1894 juga menandakan bahwa transportasi kereta api yang menghubungkan kota Bandung dengan kota Yogyakarta mulai dapat digunakan karena jalur kereta api rute Cilacap – Maos – Yogyakarta telah selesai dibangun pada tahun 1887. Panjang jalur Bandung – Banjar adalah 157 km dan panjang jalur Banjar – Maos adalah 79 km.
Khusus untuk stasiun Banjar telah dirancang sebagai stasiun besar dengan memiliki banjak jalur karena digunakan untuk pergantian lokomotif dan terdapat jalur cabang ke arah Cijulang sejauh 83 km. Lokomotif dari rangkaian kereta api ke arah Yogyakarta akan diganti dengan lokomotif untuk daerah datar seperti lokomotif uap seri C51, D50, D51 atau F10. Sementara lokomotif dari rangkaian kereta api ke arah Bandung akan diganti dengan lokomotif untuk daerah pegunungan seperti lokomotif uap seri CC10, CC50 atau DD52.
Jalur kereta api yang dibangun di Jawa Barat bagian selatan ini sangatlah unik. Keunikan tersebut bisa dilihat dari aspek geografisnya dan cara pembangunannya. Kondisi geografis daerah di Jawa Barat bagian selatan sebagian besar merupakan daerah pegunungan atau perbukitan. Pembangunan jalan kereta api pada daerah pegunungan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dibandingkan dengan pembangunan pada daerah yang datar. Salah satunya adalah jembatan Cirahong, jembatan ini memiliki keunikan yaitu satu jembatan dapat dilalui mobil/motor dan kereta api tanpa saling menghalangi).
Seluruh jalur kereta api yang ada di Jawa Barat bagian selatan dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda melalui perusahaan kereta api Staatspoorwegen (SS), tidak oleh perusahaan swasta. Ada dua alasan utama mengapa di Jawa Barat bagian selatan, pembangunan jalan kereta api dilakukan oleh pemerintah, tidak oleh perusahaan swasta. Alasan tersebut yaitu pertama berkaitan biaya pembangunan dan kedua kepentingan militer bagi pemerintah. Pembangunan jalan kereta api di Jawa Barat bagian selatan membutuhkan biaya yang sangat besar, karena kondisi geografis yang relatif lebih sulit dibandingkan daerah lain di Hindia Belanda.
Dibangunnya sarana dan prasarana transportasi kereta api di Jawa Barat bagian selatan khususnya, mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakatnya. Pengaruh ini terasa semakin besar terutama kepada masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar jalur kereta api. Transportasi kereta api bukan saja semakin memperpendek jarak tempuh yang harus dilalui, tetapi tetapi juga memperpendek waktu tempuh yang diperlukannya. Dengan demikian, mobilitias sosial – ekonomi masyarakat juga semakin meningkat. Meningkatnya mobilitas sosial-ekonomi masyarakat ini membawa pengaruh tersendiri, khususnya bagi mereka yang memanfaatkan transportasi kereta api bagi kepentingan usaha atau perdagangan.
Tumbuhnya transportasi kereta api telah mengakibatkan kota-kota persinggahan, terutama yang memiliki stasiun-stasiun besar tumbuh semakin cepat. Hal ini dimungkinkan karena dengan adanya transportasi kereta api maka kegiatan perdagangan tumbuh semakin pesat, sehingga tumbuh pula pasar-pasar sebagai pusat kegiatan sosial-ekonomi.