Kereta Presiden dan Wakil Presiden RI IL 8 dan IL 7
Kereta penumpang berkode IL 8 dan IL 7 sejatinya merupakan kereta inspeksi bekas jawatan kereta api dan trem negara Staatspoor en Tramwegen (SS). Pada zaman Belanda, dua kereta yang berdinas mulai 1919 ini biasa dipakai oleh pejabat setingkat Menteri Belanda atau Gubernur Jenderal Hindia Belanda dalam kunjungan antar daerah. Kereta berkasta tertinggi ini juga sering menjadi tumpangan utama direktur SS saat meninjau infrastruktur kereta api ke seluruh wilayah eksploitasi jawatan di Jawa. Fasilitas untuk penumpang kereta IL 8 dan IL 7 setara dengan kereta wisata yang dioperasikan PT. KAI saat ini seperti “TORAJA,” “BALI,” dan “NUSANTARA.”
Baik kereta seri IL 8 atau IL 7 memiliki spesifikasi serupa dan memiliki dipo induk di Hoofdwerkplaatsen (balai yasa) Manggarai. Semasa berdinas di lingkungan jawatan SS, jarang sekali IL 8 dan IL 7 dirangkai bersama. Kedua kereta VVIP (Very Very Important Person) ini selalu diparkir terpisah di depo kereta Bandung dan balai yasa Manggarai untuk melayani perjalanan para pejabat tinggi Hindia Belanda di dua kota tersebut.
Adapun susunan rangkaian kereta IL 8 maupun IL 7 dalam tiap perjalanan dinasnya dimulai dari depan setelah lokomotif adalah satu kereta bagasi, satu sampai tiga kereta penumpang kelas 1 atau 2, satu kereta makan, satu kereta tidur, dan kereta inspeksi IL 8 atau IL 7. Tidak ada jadwal tetap seperti umumnya KA penumpang untuk perjalanan dua kereta inspeksi ini karena selalu beroperasi dalam rangkaian Kereta Api Luar Biasa (KLB). Sepanjang perjalanan pun prioritas utama selalu diberikan.
Sejak masa pendudukan militer Jepang 1942-1945, kereta seri IL 8 dan IL 7 jarang dipakai dan lebih sering diparkir di balai yasa Manggarai. Setelah tiga tahun terlupakan, dalam rapat Menteri Perhubungan dan petinggi DKARI pada 1 Januari 1946 dua kereta inspeksi IL 8 dan IL 7 akhirnya dipilih menjadi kereta utama mengangkut Presiden dan Wakil Presiden RI menuju kedudukan baru di Yogyakarta. Selama 48 jam berikutnya persiapan KLB rahasia yang terdiri dari lokomotif C2849-DL8009 (kereta bagasi)-ABGL8001 (kereta penumpang)-ABGL8004-FL8001 (restorasi)-SAGL9006 (kereta tidur)-SAGL9004-IL 8 (kereta Presiden)-IL 7 (kereta Wakil Presiden) dikerjakan senyap dan tanpa henti di Balai Yasa Manggarai.
Akhirnya selepas senja hari pada 3 Januari 1946 rangkaian KLB siap dan langsung dilangsir ke arah Cikini dan berhenti tepat di seberang halaman belakang rumah Jl. Pegangsaan Timur 56. Di tengah kegelapan itu Bung Karno, Bung Hatta, para anggota kabinet beserta keluarga mengendap-endap keluar melalui pintu belakang rumah dan langsung naik ke dalam rangkaian dengan pengawalan ketat. Tepat pukul 7 malam KLB mulai bergerak pelan menuju Stasiun Manggarai. Sepanjang perjalanan Manggarai–Klender rangkaian bergerak tidak lebih dari 30 km per jam. Barulah selepas itu kecepatan bisa ditingkatkan menjadi 60 km per jam menuju Yogyakarta.
Kereta inspeksi IL 8 memiliki panjang 18,6 meter dilengkapi dengan 1 ruang rapat paling ujung, 1 kamar pelayan KA, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi bath up + kloset duduk, dan 1 toilet. Kereta juga memiliki sistem penerangan listrik dan penyejuk udara balok es + kipas angin. Sedangkan kereta IL 7 dengan panjang 18,5 meter memiliki 1 ruang rapat lebih besar paling ujung, 1 kamar tidur lebih besar (2 kasur), 1 kamar pelayan KA, 1 kamar mandi + kloset duduk, dan 1 toilet. Sama seperti IL 8, kereta IL 7 juga ada sistem penerangan listrik beserta penyejuk udara balok es + kipas angin.***