Kereta Poliklinik QL54
DALAM sejarahnya, operasional kereta api untuk kepentingan medis sering kali diselenggarakan terutama dalam situasi konflik. Rusia pertama kali mengoperasionalkan rangkaian kereta api medis dalam perang melawan Jepang pada awal Abad Ke-20. Sepanjang 1904-1905 Kaisar Nikolai II memerintahkan sebagian dari 24.844 jenazah prajurit dan 146.519 korban luka-luka untuk diangkut dengan kereta api menuju Moskow melalui jalur trans Siberia dari medan perang Manchuria. Sejak saat itu peranan kereta api dalam membantu dunia kedokteran semakin penting. Peran kereta api dalam Perang Dunia I dan II tidak hanya untuk mengangkut suplai tenaga medis dan obat-obatan, tetapi juga beralih fungsi menjadi rumah sakit darurat di lapangan untuk merawat dan mengoperasi korban pertempuran.
Di Indonesia sendiri pembuatan rangkaian kereta api atau kereta khusus medis/ poliklinik produksi pabrik sebenarnya tidak pernah ada. Pada 1924 kereta trem poliklinik pertama kali diluncurkan meski sifatnya bukan sebagai kereta poliklinik permanen. Saat itu sebuah yayasan bernama Dono Rodjo menyewa rangkaian kereta trem Oost Jawa Stoomtram Maatschappij dalam misi kampanye kesehatan untuk memberantas penyakit Lepra di masyarakat.
Pada masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia (1945-1949) Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) pernah mengoperasikan beberapa gerbong dan kereta untuk kepentingan medis dan penyuluhan kesehatan di Jawa. Sejak Agresi Militer Belanda I dilancarkan untuk mencaplok lebih banyak wilayah Republik Indonesia oleh Belanda, gerbong dan kereta medis beralih fungsi untuk mengangkut para pengungsi menuju wilayah Indonesia yang masih berdaulat di Yogyakarta.
Tidak hanya Indonesia, sejak 1947 Belanda juga pernah mengoperasikan kereta api poliklinik yang terdiri dari 2 kereta penumpang. Kereta api poliklinik versi Belanda ini tampaknya memiliki peralatan kesehatan dan obat-obatan lebih lengkap. Selain menjadi tempat perawatan sementara para tentara Belanda di lapangan, keberadaan kereta api tersebut dalam rangka propaganda menarik hati para penduduk pribumi di wilayah yang dikontrol Belanda. Dari kereta api kesehatan ini tenaga medis Belanda dikerahkan untuk menyelenggarakan pemeriksaan gratis meliputi mata, gigi, dan kesehatan umum.
Kereta Poliklinik dengan nomor seri QL-54 ini awalnya merupakan gerbong barang biasa yang dioperasikan sejak 1917 oleh jawatan kereta api negara Hindia Belanda Staatsspoor en Tramwegen. Kereta bergandar 2 ini baru diubah menjadi Kereta Poliklinik sejak era Djawatan Kereta Api (DKA) pasca 1950 untuk menjadi semacam pos kesehatan bergerak dan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk melayani pasien di pelosok Jawa. Pada akhir 1970 Kereta Poliklinik menjalani perawatan terakhirnya di Balai Yasa Manggarai. Saat ini Kereta Poliklinik yang menjadi aset PT. Kereta Api Indonesia (Persero) menjadi salah satu koleksi berharga di Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah.***