Jalur Trem Daerah Operasi 7
Sekilas Kereta Api di Jawa Timur
Pembangunan jalur kereta api di Jawa Timur dimulai pada tahun 1875. Melalui perusahaan kereta api Negara, Staatsspoorwegen (SS) pemerintah Belanda memutuskan membangun jaringan kereta api sendiri. Sebelumnya, perusahaan kereta api swasta Nedherlandsch Indie Spoorweg Maatschappij (NISM) telah mengeksploitasi jalur kereta api di Semarang-Vorstenlanden dan Batavia-Buitenzorg. Jalur pertama yang dibangun ialah Surabaya-Pasuruan-Malang dengan penanggung jawab diserahkan kepada David Marcshalk.
Stasiun Kota atau dikenal dengan Stasiun Semut, stasiun pertama SS di Surabaya. Foto tahun 1900. (Sumber: media-kitlv.nl)
Keberhasilan NISM dan SS dalam mengeksploitasi jalur kereta api memberikan gambaran dan harapan pemeintah Belanda kepada pengusaha swasta untuk menanamkan modal dalam kegiatan jasa angkutan kereta api. Kurun tahun 1890-1900 penanaman tebu di bagian timur Pulau Jawa mengalami perkembangan yang pesat. Kedua hal tersebut berdampak pada tumbuhnya beberapa perusahaan trem swasta di daerah sebelah selatan Surabaya, seperti Babat-Djombang Stoomtram Maatschappij (BDSM) dan Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM).
Lintas Babat – Jombang
Perusahaan trem swasta Babat-Djombang Stoomtram Maatschappij (BDSM) mendapatkan konsensi pembangunan jaringan trem Babat – Jombang pada tahun 1896. Pembangunan dilaksanakan tahun 1899 dari Jombang menuju Ploso sepanjang 32 km. BDSM melanjutkan pembangunan jalur rel Ploso-Kambangan sepanjang 10 km. Tahun 1900 diteruskan pembangunan rel yang menghubungkan Kambangan-Ngimbang-Bluluk yang dibuka pada 1901. Pembangunan dilanjutkan menuju Babat yang mulai dibuka tahun 1902, sekaligus menandai beroperasinya jaringan trem Babat-Jombang sepanjang 68 km.
Jaringan trem Babat-Jombang menggunakan lebar jalur 1.067 mm. Sebagai tempat pemberhentian, dibangun stasiun dan halte, yaitu berurutan dari Jombang: Stasiun Jombang, Halte Tambakberas, Halte Santian, Halte Dolok, Stasiun Ploso, Halte Jatisari, Halte Pengapon, Halte Pengaponigas, Stasiun Kambangan, Halte Tanjung, Stasiun Ngimbang, Halte Wotan Stasiun Bloeloek, Halte Modo, Halte Dradah, Stasiun Kedungpring, Halte Ngowok, dan Stasiun Babat.
Jaringan trem Babat-Jombang ditandai garis berwarna merah. (Sumber: Overeenkomst met de Babat-Djombang St. Mij. En wijziging en verh. Begroting van uitgaven ven Ned.-Indie voor 1916)
Keberadaan trem Babat-Jombang digunakan sebagai pengangkutan hasil perkebunan tebu di wilayah Ploso dan Jombang. Komoditas lain yang diangkut yaitu hasil pertanian seperti beras, hasil hutan berupa kayu. Selain sebagai pengangkutan barang, trem Babat-Jombang digunakan juga sebagai angkutan penumpang, terutama para pedagang yang membawa daganganya ke pasar di daerah seperti Babat, Ploso, dan Jombang.
Sebagai sarana penarik rangkaian kereta, BDSM memiliki sepuluh lokomotif uap. Salah satunya ialah dua lokomotif uap tipe C21 buatan Pabrik Krauss, Jerman yang didatangkan pada tahun 1903 dan 1913. Pada tahun 1916, BDSM mengalami permasalahan keuangan untuk pemeliharaan dan perawatan jalur trem. Karena hal tersebut, jaringan trem Babat-Jombang dibeli oleh perusahaan kereta api negera, Staatsspoorwegen (SS). Pembelian tersebut meliputi seluruh asset BDSM baik tanah, jalur trem, lokomoti, gerbong, dan seluruh karyawan yang sebelumnya bekerja di BDSM.
Setelah Indonesia merdeka, perkeretaapian diambil alih oleh para pejuang dan pegawai kereta api. Puncaknya, Kantor Pusat Bandung berhasi dikuasai pada tanggal 28 September 1945. Dua hari berselang didirikan wadah perkeretaapian Indonesia, yakni Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI). Tanggal 1 Januari 1946, eksploitasi KSM diserahkan kepada DKARI setalah diadakan ganti rugi yang diatur dalam perjanjian. Seterusnya, DKARI dilebur dengan SS/VS menjadi Djawatan Kereta Api (DKA)pada tahun 1950.
Di bawah pengelolaan DKA, jalur trem Babat-Jombang eks BDSM merupakan lintas cabang dengan katagori jalan rel 2/IV (kelas 2 kategori 4) dengan kecepatan maksimal lokomotif dan rangkaian kereta api ketika melintas sebesar 30 km/jam. Jalur kereta api Babat-Jombang dilayani dua jenis kereta, yakni kereta api campuran dan kereta api barang biasa. Pada saat itu, lokomotif yang digunakan adalah lokomotif uap tipe C 11 dan C 12.
Lokomotif uap C 11 buatan Hartman yang digunakan manarik rangkaian kereta di Babat-Jombang pada periode DKA. (Sumber: internationalstem.co.uk)
Penumpang kereta Babat-Jombang tahun 1951-1952 mengalami kenaikan hampir dua kali lipat. Hal ini dapat dilihat pada perbandingan jumlah penumpang di beberapa stasiun yakni NStasiun Nguwok, Dradah, Modho, Bluluk, Nigimbangan, Kambangan, Kabuh, dan Jombang Kota. Keseluruhan stasiun tersebut masuk kategori stasiun kelas V. Sementara itu, Stasiun Babat dan Jombang masuk kategori stasiun kelas II, dimana kedua stasiun tersebut melayani jalur kereta api lintas utama. Stasiun Babat melayani kereta lintas Surabaya-Lamongan-Babat-Cepu dan Stasiun Jombang melayani kereta lintas Surabaya-Mojokerto-Jombang-Kertosono-Madiun. Namun sekitar tahun 1981, kereta api lintas cabang Babat-Jombang berhenti beroperasi. Hal ini disebabkan kereta api kalah bersaing dengan bus dan mobil.
Pulerojo – Kandangan
Jalur trem Pulerejo-Kandangan merupakan bagian dari jaringan trem perusahaan trem swasta Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM). Persemian jalur Pulerejo-Kandangan terbagi menjadi dua tahapan, yakni Pulorejo-Ngoro sepanjang 6 km tanggal 7 Desember 1898 dan Ngoro-Kandangan sepanjang 7 km tanggal 19 Desember 1898. Dari Stasiun Pulerejo jalur bercabang mengarah ke timur menuju Stasiun Ngoro. Di Stasiun Ngoro, jalur berbelok ke selatan menuju Kandangan, dimana terdapat jalur trem KSM Pare-Kencong-Konto yang tidak saling terhubung.
Lintas |
Panjang (km) |
Pembukaan |
Kediri-Jombang |
50 |
7 Januari 1897 |
Pare-Kencong |
4,4 |
1 Juni 1898 |
Pare-Kepung |
12,4 |
30 Agustus 1898 |
Pulorejo-Ngoro |
6 |
7 Desember 1898 |
Ngoro-Kandangan |
7 |
19 Desember 1898 |
Kencong-Kandangan |
5,8 |
12 Mei 1899 |
Gurah-Kawarasan |
9 |
1 Juni 1899 |
Pasantren-Wates |
14 |
8 Mei 1897 |
Pelem-Papar |
14 |
8 Mei 1897 |
Tabel Pembangunan trem KSM (Sumber: Subarkah, Imam, Sekilas 125 Tahun Kereta Api Kita 1867-1992)
Keberadaan trem KSM sebagai lintas cabang yang mendukung lintas utama jaur rel Staatssporwegen (SS) yang sudah beroperasi tahun 1880-1881 pada lintas Sidoarjo-Jombang-Kertosono-Pare. Pembangunan jariangan trem milik KSM di Kediri berkaitan dengan pengangkutan komoditas ekspor seperti tebu, kopi, tembakau, kina, dan kapas. Khusus tebu, KSM melayani pengangkutan 12 pabrik gula, 7 diantaranya berada di Kediri. Hal ini ditandai dengan dibangunya jalur trem menuju pabrik gula. Selain barang, trem KSM melayani pengangkutan penumpang yang terbagi menjadi dua kelas, yakni kelas 2 dan kelas 3. Tahun 1926 harga tiket kelas 2 adalah 50,3 sen sedangkan tarif kelas 3 yaitu 14,8 sen.
Tampak sebuah trem sedang mengangkut tebu di Pabrik Gula Pesantren, Kediri tahun 1926. (Sumber: geheugenvannederland.nl)
Karyawan Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM) di Pare pada tahun 1931. (Sumber: geheugenvannederland.nl)
Awal pengoperasiannya, KSM mendatangakan lokomotif uap tipe B 15 sebanyak 11. Lokomotif buatan Pabrik Hohenzollern ini didatangkan 11 unit kurun tahun 1896-1898. (Sumber: internationalstem.co.uk)
Akhir tahun 1950, jalur trem Pulerejo-Kandangan sepanjang 13 km sudah tidak beroperasi. Belum diketahui secara pasti tepatnya, namun pada tahun 1943 Jepang membongkar beberapa jalur trem milik KSM pada jalur Pesanten-Wates (14 km), Palem-Papar (14 km), dan Gurah-Kuwarasan (3 km) guna kepentingan perang.
Pada tahun 2012, daerah yang dilewati jalur trem ke arah Ngoro sudah diapadati oleh pemukiman penduduk, sebagaian terkena pelebaran jalan. Terdapat sisa jalur yang masih dapat ditemukan, yaitu di perpotongan jalan raya dan Sungai Badang di Desa Badang. Pada Sungai Badang terdapat sisa pondasi jembatan rel yang dalam kondisi rusak. Sedangkan jalur menuju kandangan sudah tidak ditemukan sisa-sisa rel, hanya terdapat bekas pondasi jembatan
Krian - Ploso
Perusahaan kereta api Negara, Staatssporwegen (SS) membangun jaringan kereta api pertamanya di Jawa Timur pada lintas Surabaya-Pasuruan-Malang yang dibuka pada tahun 1897. Dalam perkembangnnya, SS tidak hanya membangun jalur kereta api di lintas utama melainkan membangun jalur trem di daerah pedalaman. Jalur trem pertama yang dibangun SS ialah dari Madiun ke Ponorogo dengan lebar jalur 1.067 mm tahun 1905. Mulai saat itu SS berganti nama menjadi Staatssporwegen en Tramwegen (SS en Tr).
Pada tahun 1912, SS en Tr membangun jalur trem lintas Krian-Gempolkerep sepanjang 26 km dengan lebar jalur 1.067 mm. SS en Tr melanjutkan jalur trem Gempolkerep-Ploso yang dibuka pada tanggal 1 September 1921. Semasa beroperasi jalur Krian-Ploso dimanfaatkan pengangkutan gula dari wilayah Jombang yang dilayani oleh perusahaan trem swasta Babat-Djombang Stoomtram Maatschappij (BDSM).
Jalur trem Krian-Ploso diberi tanda warna merah. (Sumber: Ougema, Stommtractie Java en Soematra)
Pada masa pendudukan Jepang, jalur trem Gempolkerep-Ploso sepanjang 19 km dibongkar Jepang. Pembongkaran beberapa rel oleh Jepang dimaksudkan Jepang untuk membangunan jalur kereta api guna kepentingan militer Jepang seperti Saketi-Bayah, Muaro-Pakanbaru. Bahkan rel-rel hasil bongkaran Jepang sebagian diangkut ke Burma dan Thailand.