JEMBATAN KERETA API SERAYU
Jembatan Serayu Awal
Pembangunan Jembatan Serayu merupakan bagian dari proyek menghubungkan Cirebon dengan Kroya oleh perusahaan kereta api negara, Staatsspoorwegen (SS). Proyek yang bertujuan untuk mempersingkat waktu tempuh perjalanan dari arah selatan Jakarta ini berlandaskan pada Undang-undang 31 Desember 1912 Staatblad 1913 Nomor 32. Jalur kereta api Yogyakarta-Kroya-Cilacap dibuka untuk umum pada tahun 1887. Sedang antara Cikampek dan Cirebon diresmikan SS pada 3 Juni 1912.
No |
Lintas |
Jarak (km) |
Tanggal Peresmian |
1 |
Cirebon - Mergasari |
75 |
1 Juli 1916 |
2 |
Kroya - Petuguran |
51 |
1 Juli 1916 |
3 |
Patuguran - Mergasari |
32 |
1 Januari 1917 |
Pembukaan Jalur Kereta Api Cirebon-Kroya Sumber: Korte Geschiedenis der Nederlandsch Indische Spoor en Tramwegen
Selama proses konstruksi, SS mengalami kesulitan karena kondisi geografis yang berupa perbukitan di daerah Notog dan lebarnya Sungai Serayu. Untuk dapat menuntaskan proyek pembangunan tersebut perlu membuat terowongan dan jembatan. Pembangunan jalur milik SS bersinggungan dengan jalur trem milik Serajoedal Stomtram Maatschappij (SDS). Namun jalur SS berada lebih tinggi sehingga tidak terjadi pertemuan satu sama lain. Demikian juga dalam pembangunan jembatan, SS berada diatas jalur milik SDS. Di sekitar daerah Kebasen jalur tersebut di beri sebutan Vier Wegen atau Empat Jalan yaitu jalur SS, jalur SDS, Sungai Serayu dan Jalan Raya, dimana tampak keempatnya bersebelahan.
Semula, beberapa desain dan konstruksi jembatan kereta api SS digarap oleh kontraktor. Misal saja jembatan di atas Kali Belang yang dikerjakan oleh perusahaan Hollandsche Beton Maatschappij. Namun mulai awal tahun 1913, SS memutuskan merancang dan merakit sendiri pembangunan jembatan besar. Salah satunya Jembatan Serayu yang dilaksanakan di Kantor Konstruksi milik SS, dipimpin oleh Kepala Bidang Konstruksi dan Jembatan yang saat itu dijabat oleh Dr. J. H. A. Haarman.
Seluruh gambar yang diperlukan disiapkan. Selanjutnya disusun potongan besi yang mewakili sepersepuluh dari ukuran sebenarnya yaitu panjang 260 m dan bentang terbesar 90 m. Berkat kerja sama Haarman beserta bantuan stafnya, keseluruhan perancangan dapat diselesaikan dalam kurun waktu antara tiga dan empat bulan.
Lokasi Jembatan Serayu ditandai lingkaran kuning, peta tahun 1944.. Tampak pula jalur SS (garis hitam-putih), jalur trem SDS (garis putih), jalan raya (garis merah) dan Sungai Serayu (aliran warna biru), keempat lajur ini yang dikenal dengan Vier Wegen. (Sumber: Maps.library.leiden.edu)
Selepasnya, desain jembatan dikirim ke Delft, Belanda, tepatnya dikerjakan oleh pabrik De Pletterij Voorheen L. J. Enthoven di Delft. Pada tanggal 25 September 1915, konstruksi jembatan dikirim ke Hindia Belanda menggunakan Kapal Uap “Merauke” milik Rotterdamsche Llyod ke Pelabuhan Cilacap. Lantas konstruksi besi diangkut untuk selanjutnya dirakit oleh para personil konstruksi SS.
Pada awal 18 Desember, palang yang digunakan untuk menutup bentang tengah dipasang. Memang, semuanya pas. Pemasangan batang-batang untuk menghubungkan dua bagian di tengah, yang pada bulan-bulan sebelumnya telah disusun selama beberapa hari, diselesaikan dalam empat jam. Kecepatan pengeditan yang dilakukan serta akurasi yang dicapai dapat disebut luar biasa, di mana perusahaan De Pletterij juga layak mendapat pujian.
Perakitan jembatan yang selesai dibangun pada akhir Desember 1915 ini memiliki bentang panjang dengan susunan 2 x bentang panjang 25 meter, 2 x bentang panjang 60 meter dan 1 x bentang panjang 90 meter. Pada susunan bentang 2 x 60 m jembatan dibuat menonjol sekitar 10 meter diatas tiang tengah. Sementara pada bentang tengah 90 meter dikenakan pada ujung-ujung bentang yang menonjol sepanjang 60 meter, sehingga jembatan bentang tengah ini hanya memiliki panjang 70 meter dengan jarak antar pilar 90 meter. Sistem konstruksi ini menimbulkan konstruksi ekonomis. Dengan berat besi jembatan tanpa jembatan 25 meter sebesar 670 ton. Perakitan bentang tengah dilakukan tanpa perancah dengan waktu sekitar 3 bulan.
Pada akhir Januari 1916, pemangunan Jembatan Serayu selesai. Namun jembatan ini baru mulai digunakan secara resmi pada 1 Juli 1916 bersamaan pembukaan umum jalur Kroya-Petuguran. Jembatan Serayu merupakan karya seni yang indah dan menjadi bukti bahwa personil Hindia Belanda setelah mendapatkan pelatihan tidak kalah dengan Eropa.
Tampak konstruksi pembangunan Jembatan Serayu di lintas Cirebon-Kroya. (Sumber: Staatsspoor en Tramwegen in Nederlandsch Indie 6 April 1875-1925)
Pemandangan jembatan SS diatas sungai Serayu (Sumber: Tropen Museum TM-10007525)
Proses pembangunan jembatan SS diatas Sungai Serayu pada tahun 1914-1915 (Sumber: Tropen Museum TM-60052260)
Proses pembangunan konstruksi jembatan diatas sungai Serayu dengan menggunakan alat berat kurun tahun 1914-1915 (Sumber: Tropen Museum TM-60052262)
Pembangunan Jembatan Baru
Semasa bala tentara Jepang masuk ke Jawa, rupanya mereka merusak Jembatan Serayu. Sementara Jembatan Kali Progo di dirusak oleh para pejuang Indonesia guna mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di bawah kendali Djawatan Kereta Api (DKA), kedua jembatan tersebut direhabilitasi dan diperbaiki. Semenjak tahun 1950 , DKA melakukan perbaikan sekitar 325 buah jembatan. Disusul pekerjaan penggantian jembatan welijzer (laminated iron) oleh jembatan baja yang disesuaikan dengan pembebanan dari alat-lat traksi yang baru dan lebih berat.
No |
Nama Jembatan |
Eksploitasi |
Panjang (meter) |
Tahun Pembuatan |
1 |
Cikubang |
Jawa Barat |
300 |
1906 |
2 |
Cibisoro |
Jawa Barat |
290 |
1906 |
3 |
Cipembokangan |
Jawa Barat |
270 |
1912 |
4 |
Serayu |
Jawa Tengah |
225 |
1916 |
5 |
Progo |
Jawa Tengah |
130 |
1930 |
Jembatan Terpanjang di Jawa Kurun Tahun 1950-1955 Sumber: Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid II
Selain perbaikan, Jembatan Serayu turut pula dilakukan pekerjaan untuk memperkuat jembatan dari Rencana Muat 1911 menjadi 75% Rencana Muat 1921. Rencana Muat 1911mempunyai kekuatan untuk muatan terbagi rata 5,55 t/m sedangkan Rencana Muat 1921 memiliki muatan terbagi rata 8,75 t/m. Keduanya sama sama terbuat dari baja lilih.
Seiring berjalannya waktu, jembatan dengan lima pilar tersebut mengalami kerusakan dan rapuh sehingga sangat membahayakan apabila dilewati kereta api. Untuk faktor keamanan perjalanan kereta api maka sejak 1 Januari 1971 dilakukan proses pembangunan jembatan baru yang posisinya berdampingan dengan jembatan lama.
Panjang jembatan yang dibangun 210 meter yang terdiri dari bentang pertama 60 meter, bentang kedua 90 meter, dan bentang ketiga 60 meter. Untuk menjamin kualitas baja, material baja dengan berat 700 ton diimpor dari Belanda melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Pembangunan jembatan dengan biaya kerangka baja sebesar Rp 1 Miliar dan biaya pemasangan sekitar Rp 50 juta.
Setelah proses panjang pembangunan jembatan tersebut, hingga pada rabu, 20 September 1972 Presiden Soeharto meresmikan Jembatan kereta api sungai Serayu. Dalam pidato peresmiannya Presiden menyampaikan penggantian jembatan dilaksanakan dengan pemikiran dan dikerjakan oleh putera puteri Indonesia, meskipun dalam tahapannya perlu bekerjasama dengan bangsa lain.
Presiden juga menyampaikan bahwa peranan kereta api sebagai sarana angkutan adalah sangat penting oleh karena itu dalam periode Repelita waktu itu pemerintah mempunyai kebijakan untuk mengembalikan kereta api pada peranan pokoknya, yaitu sebagai sarana angkutan barang jarak jauh, disamping sebagai alat transportasi penumpang
Jembatan sungai serayu terletak antara stasiun Notog-Kebasen, dibangun baru pada tahun 1972. Tampak sebelah kiri jembatan lama sedangkan sebelah kanan jembatan baru. (Sumber: Koleksi Arsip PT KAI)
Presiden Soeharto didampingi staf sedang meninjau konstruksi Jembatan Serayu sebelum memulai peresmian. (Sumber: Koleksi Arsip PT KAI)
Jembatan sungai serayu di wilayah Kebasen yang telah selesai pembangunannya diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 September 1972. (Sumber: Koleksi arsip PT KAI)
Sumber:
- Amanat Pada Upacara Peresmian Jembatan Kereta Api Kebasen (Jawa Tengah) Pada Tanggal 20 September 1971
- Djawatan Kereta Api Dengan Djembatan2-Nja
- “De Spoorbrug over de Serajoe-rivier” dalam De Preangerbode, Sabtu 17 Juni 1916
- “Jembatan KA Serayu Terpanjang di Indonesia” dalam Kompas, 20 September 1972
- Kitlv.nl
- Koleksi Arsip PT Kereta Api Indonesia (Persero)
- library.leiden.edu
- “Pembangunan Trowongan dan Jembatan Kereta Staats Spoorwegen) dalam Banjoemas.com
- A. Reitsma, Korte Geschiedenis der Nederlandsch Indische Spoor en Tramwegen
- A. Reitsma, Staatsspoor en Tramwegen in Nederlandsch Indie 6 April 1875-1925
- Tim Telaga Bakti, Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid II
- Tropenmuseum.nl